Sabtu, 28 Maret 2015

SANGGAR SENI TRADISIONAL ASAM RIMBUN

BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seni merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Karena hasrat berkesenian selalu ada dalam diri setiap manusia. Sebagai sebuah proses, seni menghasilkan suatu bentuk keindahan yang bisa dirasakan oleh semua indera manusia. Keindahan suara yang bisa, keindahan warna dan rupa yang bisa dilihat juga bisa diraba. Bahkan keindahan rasa yang bisa dikecap.
Kesenian merupakan penjelmaan pengalaman estetik.Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari manusia, tentu seni juga memberi pengaruh besar bagi manusia itu sendiri. Pengaruh itu dapat kita lihat dan rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Dari bentuk arsitek bangunan sampai kepada bumbu makanan.
Indonesia mempunyai kebudayaan dan seni daerah yang sangat bermacam-macam. Dari Sabang sampai ke Merauke, baik yang sudah terpengaruh dari budaya luar seperti Barat dan Timur Tengah, maupun yang original dari daerah itu berasal. Nampak terlihat keragaman suku, agama dan rasnya bersanding begitu haromonis. Tidak jauh berbeda juga dengan makanan khas daerah, yang masing-masing daerah mempunyai rasa berbeda - namun tidak untuk dibanding-bandingkan[1]

Bangsa Indonesia sebagai negara yang beraneka ragam budaya (BHINEKA TUNGGAL IKA), yang sekaligus merupakan ciri khas dan asset dari bangsa Indonesia, memang sebagian besar dari generasi muda sudah banyak sekali jenis-jenis kebudayaan dimiliki bangsa terlupakan dari ingatan generasi bangsa Indonesia, tidak banyak orang yang perduli dengan keberadaan budaya lokal sendiri. Aapakah akan berkembang atau menciut, dan pemberian apresiasi kepada pecinta seni dan budaya. pun tidak banyak, seolah-olah keinginan untuk mengembangkan budaya tidak ada dalam benak sangpenerus bangsa.

Kesenian lokal merupakan salah satu dari identitas negara Indonesia yang sangat kuat dan menjadi primadona di mata dunia, dari para seniman nasional hingga internasional. Untuk memper-satukan persepsi antara pemikiran seniman dan masyarakat tentang usaha bersama dalam mengembangkan dan melestarikan seni tradisional. Menjadikan musik trasidional sebagai perbendaharaan seni di masyarakat sehingga musik tradisional lebih menyentuh pada sektor komersial umum
Kesenian lokal mau tak mau juga telah mengalami banyak perubahan. Perubahan itu dilakukan agar kesenian lokal bisa terus diberdayakan dan tetap dicintai para generasi muda. Kesenian lokal erat kaitannya dengan akar sejarah. Karena itulah bagaimanapun juga, kesenian lokal harus tetap dipertahankan.
Dalam usaha mempertahankan kearifan lokal itulah sangar-sanggar seni daerah perlu dibentuk. Sanggar seni tak hanya menjadi simbol eksistensi kesenian daerah, namun juga menjadi pusat pengembangan, pengenalan dan pelatihan kesenian lokal bagi generasi muda. Di daerah Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan  Selatan sendiri salah satu sanggar seni budaya daerah yang terus eksis dan bertahan adalah Sanggar Seni Budaya Daerah ASAM RIMBUN.
Meski telah berumur puluhan tahun dan melakukan perubahan sesuai dengan tuntutan zaman, namun tak dapat dipungkiri sanggar yang ada di Desa Pantai Hambawang Timur ini tentu saja masih memiliki beberapa kekurangan, terutama dari masalah sumber daya. Maka dari itulah diperlukan peran  semua pihak untuk terus bisa menutupi kekurangan itu.  



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Visi Misi Sanggar
1.      Visi
Menciptakan manusia kreatif, inovatif dan kritis serta melestarikan budaya leluhur.
2.      Misi
a.      Melestarikan seni budaya daerah Hulu Sungai Tengah
b.      Meningkatkan kreatifitas dan kualitas karya seni daerah
c.       Meningkatkan apresiasi generasi muda dalam mencintai kesenian daerah dan mampu berkarya secara kreatif
d.     Mengembangkan potensi anggota dan mempunyai kompotensi seni dan budaya.
B.           Kedudukan Sanggar Asam Rimbun
Sanggar Asam Rimbun berkedudukan di desa Pantai Hambawang Timur RT 3 RW 3 No. 9 Kec. Labuan Amas Selatan, Kab. Hulu Sungai Tengah, Prov. Kalimantan Selata, kode pos 71361.
C.          Profil Sanggar Asam Rimbun
Sejarah Singkat:
Sanggar Asam Rimbun pada awalnya adalah seni pertunjukan wayang kulit. Dimansyah, seorang pelopor dan pendiri sanggar yang juga merangkap seorang dalang meneruskan tradisi pedalangan yang sudah turun temurun. Dimansyah sendiri mulai mendalang sekitar pertengahan tahun 70an.
Meski Dimansyah masih aktif mendalang, Saputera, salah satu anak lelaki beliau mulai mengikuit jejak sang ayah. Saputera mulai mendalang sekitar awal tahun 2000an.
Tidak hanya cukup di seni pementasan wayang kulit, pada tahun 1998 cabang lain kesenian daerah kuda gepang juga dibentuk. Kemudian menyusul seni kuntau pada tahun 2002. Melihat tuntutan zaman akan hiburan seni lokal, sanggar Asam rimbun pada tahun 2004 mendirikan seni musik Japin dan Campur Sari.
Pada 2004 dan 2005, berturut-turut kemudian wayang orang dan wayang kulit dalang cilik, yang dibina oleh Saputera. Adapaun dalang cilik sendiri merupakan putra kandung Saputera yang masih berumur 13 tahun.
Produk Kesenian Daerah Sanggar Asam Rimbun.
Sampai sekarang, sedikitnya ada lima cabang kesenian yang dibina dalam sanggar Asam Rimbun, yaitu:
1.      Wayang Kulit
2.      Wayang Orang
3.      Kuda Gepang
4.      Bakuntau
Bakuntau adalah merupakan salah satu jenis kesenian bela diri yang berasal dari daerah Kalimantan Selatan.
5.      Musik Panting dan Campur Sari
Musik panting merupakan musik ensambel yang asli berasal dari daerah Kalimantan Selatan. Musik panting ini sendiri terdiri dari beberapa instrumen, diantaranya panting itu sendiri (instrumen petik), agung (gong), babun (gendang jawa), sarun (saron) serta vokal (lirik).
Potensi Sumber Daya Manusia Sanggar Asam Rimbun.
Rekam jejak yang panjang tentu saja Sanggar Asam Rimbun memiliki banyak sumber daya manusia pelaku kesenian daerah, di antaranya adalah:
1.      3 Orang dalang wayang kulit, salah satunya masih berusia 13 tahun.
2.      3 Generasi penabuh gamelan. Sampai sekarang sedikitnya ada 45 orang penabuh gamelan
3.      20 orang penari
4.      6 orang biduan
5.      20 orang pemain wayang orang.
Rekam Jejak Sanggar Asam Rimbun
Sanggar Asam Rimbun sejak awal berdiri sampai sekarang sudah melakukan banyak pementasan di berbagai daerah. Baik dalam acara pribadi maupun acara resmi yang berskala nasional, seperti . Sanggar Asam Rimbun pernah bermain di berbagai daerah di antaranya adalah:
1.      Jakarta
2.      Yogyakarta
3.      Balikpapan
4.      Dan hampir seluruh daerah di Kalimantan
Termasuk di antaranya pementasan pada acara Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi). Sanggar Asam Rimbun juga pernah melakukan pementasan di Taman Budaya Yogyakarta.

D.    Peran Sanggar
·         Identitas Lokal
Tidak dapat dihindari, bahwa adanya sanggar Asam Rimbun adalah sebagai identitas daerah karena peran serta dalam menjaga kesenian dan budaya daerah Kalimantan Selatan.
·         Eksistensi, ekpresi dan ekplorasi diri
Manusia sebagai makhluk yang memerlukan kepuasan batiniah sangatlah bergantung pada media seni. Maka sanggar ini merupakan tempat pencurahan perasaan diri bagi pelaku seni.
·         Aset seni budaya dan pariwisata daerah
·         Aspek Komersil
Bagi para pelaku seni ini, pementasan merupakan salah satu mata pencaharian mereka untuk penghidupan keluarga.

E.  Struktur Pengurus Sanggar
Struktur Kepengurusan Sanggar Asam Rimbun :

Pembina/Penasihat :  1. Pembakal Pantai Hambawang Timur
                                       2. Dimansyah
Ketua                         : Saputra
Wakil Ketua              : Jumrani
Sekretaris                   : Sarmiah
Bendahara                 : Saidillah
Kordinator                :          
·         wayang kulit          : Yuliah Rahman
                                                      Dan
                                                      wayang urang

·         Kuda Gipang         : Syahriwan
Dan
Bakuntau

·         Musik Panting       : Muhammad
Dan Japin

·         Pengembangan      : Burhan
Sumber daya

·         Hubungan              : Syafwani
Masyrakat

Anggota :
·                                    Danansyah
·                                    Heriyadi
·                                    Ipin
·                                    Dayat
·                                    Jaka
·                                    Febri
·                                    Fendi
·                                    Sandi
·                                    Wisnu
·                                    Ijal
·                            Novi
·                            Erni
·                            Abdul
·                            Salamah
·                            Devi
·                            Rahma
·                            Dewi
·                            Ivan
·                            Muhammad
·                            Basuni


BAB III
ANALISA
Kemajuan sebuah organisasi seni, khususnya sanggar dapat dilihat dari lama esksistensinya dan pengembangan aset yang dimiliki. Namun banyak sanggar kesenian daerah walaupun telah lama bertahan akan keberadaanya, tidak sejalan lurus dengan pengembangan aset serta kesejahteraan para anggotanya/pelaku seni di dalamnya.
A.    Internal
Kelemahan dari beberapa sanggar seni adalah tidak adanya menejerial yang baik, terkesan sangat disepelelkan, hanya mengutamakan bagaimana cara berkesenian yang indah untuk ditonton. Terkadang yang memanajemennya pun dari pemilik yang pada intinya dia juga sebagai pelaku seni itu sendiri.
Sesungguhnya urgensi sebuah menejerial adalah demi perkembangan sebuah organisasi seni. Hal inilah yang terdapat pada sanggar Asam Rimbung. Baik dalam hal pengaturan jadwal latihan untuk berproduksi yang tidak terjadwal dengan baik, promosi sanggar yang masih tidak mencapai target yang diinginkan, maupun pengaturan keungan sanggar yang kurang baik beserta evaluasi ketika setelah pementasan yang belum pernah dilaksanakan.
B.     Eksternal
Untuk membina hubungan dengan para konsumen, Sanggar Asam Rimbun sudah cukup mendapatkan aprisator yang banyak, bahkan sampai ke luar daerah. Tidak cukup hubungan dengan para konsumen masyrarakat umum, namun hubungan sanggar Asam Rimbun dengan organisasi seni tradisional lainnya juga sangatlah erat termasuk dengan instansi pemerintah daerah. Terbukti sanggar Asam Rimbun sering dipanggil untuk mengisi acara dalam acara kedaerahan yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat. Segmen pasar yang ditujupun sudah sangat jelas, yaitu para pencinta kesenian daerah diantaranya masyarakat pedesaan dan instansi pemerintah.
Teori yang dipraktekan oleh sanggar Asam Rimbun adalah pemasaran tatapmuka, dimana seniman juga berperan sebagai yang mempromosikan jasa kepada para konsumen secara langsung. Namun banyak organsiasi seni tradisional seperti ini  menjalankannya sangat informal, tidak terstruktur, mekanisme reaktif sementara yang lain berkembang, dari waktu ke waktu, pendekatan proaktif dan terampil di mana inovasi dan identifikasi peluang memberikan perusahaan keunggulan kompetitif.
C.    Strategi Pemasaran Yang Dapat Diterapkan
Kekuatan sebuah organasisasi seni tradisional terdapat pada manajemennya. Baik dari segi pengelolaan keanggotaannya (peningakatan sumber daya manusia) maupun dalam segi pemsaran dan promosi (peningkatan jam terbang/pentas).
Hal-hal yang dapat diterapkan dalam sanggar Asam Rimbun :
1.      Produksi.
Produksi yang saya maksud adalah tidak hanya berkaitan pada produk karya saja, namun juga produksi berkaitan dalam hal pendokumentasian sebuah kegiatan kesenian seperti foto, video, profil, demo CD maupun kliping oleh media pres cetak.
a.      Profil Sanggar Asam Rimbun
Hal yang paling awal dalam memproduksi adalah membuat profil sanggar Asam Rimbun. Profil mengandung what, whene, where, why, who, dan how (5W 1H).
Pada umumnya profil berisi tentang kesenian yang ditawarkan, berdirinya sebuah sanggar. Ada baiknya prestasi yang diraih juga ikut dicantumkan sebagai daya tawar kepada para konsumen.
Membuat sebuah profil beraneka ragam, dapat melalui tulisan dan gambar, maupun yang berbentuk video.
b.     Kliping Pers
Banyak seniman tradisional di Indonesia menjadikan dirinya secara kelas lebih terangkat berkat media massa. Radio, televisi dan majalah atau koran merupakan media massa yang dapat digunakan sebagai sarana mengangkat nama sanggar Asam Rimbun. Maka dari itu, usahakan untuk selalu mendokumentasikan segala kegiatan kesenian yang dilaksanakan.
Dengan adanya media massa, tentu hal ini merupakan promosi agar sanggar Asam Rimbun menjadi lebih meyakinkan.
2.      Promosi                                
Sebuah sanggar akan menjadi lebih baik apabila dapat diketahui oleh masyarakat umum, dan belum dikatan sebuah karya seni secara utuh apabila belum dipublis. Banyak media yang dapat digunaka sebagai sarana promosi sanggar seni tradisional Asam Rimbun, seperti internet.
Sangatlah beruntung kita dapat hidup di zaman sekarang karena seiring pesatnya kemajuan dunia internet, maka semakin mudah pula kita untuk mempromosikan sebuah sanggar. Misalnya dengan menggunakan website youtube untuk mempublikasikan karya seni, facebook dan twitter untuk mengumpulkan penggemar.
Selain menggunakan dunia internet, sanggar ini juga bisa menggunakan media yang cukup sederhana seperti membuat browsur, pamplet iklan yang dapat disebarkan dan dipajang di pinggir-pinggir jalan maupun tempat umum lainnya. Sehingga minimal masyarakat tahu keberadaan sebuah sanggar seni Asam Rimbun.


BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Sanggar seni tradisional Asam Rimbun adalah sanggar yang eksis dalam kesenian dan budaya daerah Kalimantan Selatan, khususnya bagi suku Banjar.
2.      Sanggar ini sudah sejak lama beridiri sekita tahun 1970an yang pendirinya adalah Dimansyah. Mempunyai banyak kegiatan kesenian, diantaranya adalah musik Panting, bakuntau, wayang kulit dan orang, kuda gepang.
3.      Lemahnya manajemen sanggar yang membuat keeksistensiannya tidak terlalu dikenal di tingkat nasional dan kesejahteraan para anggotanya kurang baik secara finansial.
4.      Keberadaan sanggar Asam Rimbun tidak hanya sebagai tempat mengeksplorasi dan ekspresi diri saja, namun juga sebagai mata pencaharian untuk keluarga setiap anggotanya dan banyak lagi perannya.


B.     Saran
1.      Agar sanggar lebih dikenal oleh masyarakat, dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh anggotan dan meningkatkan inventaris sanggar, maka perlu kiranya sanggar menerapkan strategi produksi dan promosi seperti yang sudah dipaparkan.
2.      Sebelum melakukan produksi dan promosi, alangkah baiknya jika sanggar menunjuk salah seorang yang bukan pelaku seni/anggota untuk mengurus seluruh keperluan sanggar terutama jadwal pentas (manajer).
3.      Untuk selalu melakukan evaluasi setiap setelah selesai pementasan.



[1] Hadjar Pamadhi, Pendidikan Seni di SD, Universitas Terbuka, Jakarta : 2009, hal. 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar