BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seni merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Karena hasrat berkesenian selalu ada
dalam diri setiap manusia. Sebagai sebuah proses, seni menghasilkan suatu
bentuk keindahan yang bisa dirasakan oleh semua indera manusia. Keindahan suara
yang bisa, keindahan warna dan rupa yang bisa dilihat juga bisa diraba. Bahkan
keindahan rasa yang bisa dikecap.
Kesenian
merupakan penjelmaan pengalaman estetik.Sebagai bagian yang
tak terpisahkan dari manusia, tentu seni juga memberi pengaruh besar bagi
manusia itu sendiri. Pengaruh itu dapat kita lihat dan rasakan dalam kehidupan
sehari-hari. Dari bentuk arsitek bangunan sampai kepada bumbu makanan.
Indonesia mempunyai kebudayaan dan
seni daerah yang sangat bermacam-macam. Dari Sabang sampai ke Merauke, baik
yang sudah terpengaruh dari budaya luar seperti Barat dan Timur Tengah, maupun
yang original dari daerah itu berasal. Nampak terlihat keragaman suku, agama
dan rasnya bersanding begitu haromonis. Tidak jauh berbeda juga dengan makanan
khas daerah, yang masing-masing daerah mempunyai rasa berbeda - namun tidak
untuk dibanding-bandingkan. [1]
Bangsa Indonesia sebagai negara yang
beraneka ragam budaya (BHINEKA TUNGGAL IKA), yang sekaligus merupakan ciri khas
dan asset dari bangsa Indonesia, memang sebagian besar dari generasi muda sudah
banyak sekali jenis-jenis kebudayaan dimiliki bangsa terlupakan dari ingatan
generasi bangsa Indonesia, tidak banyak orang yang perduli dengan keberadaan
budaya lokal sendiri. Aapakah akan berkembang atau menciut, dan pemberian
apresiasi kepada pecinta seni dan budaya. pun tidak banyak, seolah-olah
keinginan untuk mengembangkan budaya tidak ada dalam benak sangpenerus bangsa.
Kesenian lokal merupakan
salah satu dari identitas negara Indonesia yang sangat kuat dan menjadi
primadona di mata dunia, dari para seniman nasional hingga internasional. Untuk
memper-satukan persepsi antara pemikiran seniman dan masyarakat tentang usaha
bersama dalam mengembangkan dan melestarikan seni tradisional. Menjadikan musik
trasidional sebagai perbendaharaan seni di masyarakat sehingga musik
tradisional lebih menyentuh pada sektor komersial umum
Kesenian
lokal mau tak mau juga telah mengalami banyak perubahan. Perubahan itu
dilakukan agar kesenian lokal bisa terus diberdayakan dan tetap dicintai para
generasi muda. Kesenian lokal erat kaitannya dengan akar sejarah. Karena itulah
bagaimanapun juga, kesenian lokal harus tetap dipertahankan.
Dalam
usaha mempertahankan kearifan lokal itulah sangar-sanggar seni daerah perlu
dibentuk. Sanggar seni tak hanya menjadi simbol eksistensi kesenian daerah,
namun juga menjadi pusat pengembangan, pengenalan dan pelatihan kesenian lokal
bagi generasi muda. Di daerah Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan sendiri salah satu sanggar seni
budaya daerah yang terus eksis dan bertahan adalah Sanggar Seni Budaya Daerah
ASAM RIMBUN.
Meski
telah berumur puluhan tahun dan melakukan perubahan sesuai dengan tuntutan
zaman, namun tak dapat dipungkiri sanggar yang ada di Desa Pantai Hambawang
Timur ini tentu saja masih memiliki beberapa kekurangan, terutama dari masalah
sumber daya. Maka dari itulah diperlukan peran
semua pihak untuk terus bisa menutupi kekurangan itu.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Visi Misi Sanggar
1.
Visi
Menciptakan manusia kreatif, inovatif
dan kritis serta melestarikan budaya leluhur.
2.
Misi
a.
Melestarikan seni budaya
daerah Hulu Sungai Tengah
b.
Meningkatkan
kreatifitas dan kualitas karya seni daerah
c.
Meningkatkan
apresiasi generasi muda dalam mencintai kesenian daerah dan mampu berkarya
secara kreatif
d.
Mengembangkan
potensi anggota dan mempunyai kompotensi seni dan budaya.
B.
Kedudukan
Sanggar Asam Rimbun
Sanggar Asam Rimbun
berkedudukan di desa Pantai Hambawang Timur RT 3 RW 3 No. 9 Kec. Labuan Amas
Selatan, Kab. Hulu Sungai Tengah, Prov. Kalimantan Selata, kode pos 71361.
C.
Profil
Sanggar Asam Rimbun
Sejarah
Singkat:
Sanggar Asam Rimbun pada
awalnya adalah seni pertunjukan wayang kulit. Dimansyah, seorang pelopor dan
pendiri sanggar yang juga merangkap seorang dalang meneruskan tradisi
pedalangan yang sudah turun temurun. Dimansyah sendiri mulai mendalang sekitar pertengahan
tahun 70an.
Meski Dimansyah masih
aktif mendalang, Saputera, salah satu anak lelaki beliau mulai mengikuit jejak
sang ayah. Saputera mulai mendalang sekitar awal tahun 2000an.
Tidak hanya cukup di seni
pementasan wayang kulit, pada tahun 1998 cabang lain kesenian daerah kuda
gepang juga dibentuk. Kemudian menyusul seni kuntau pada tahun 2002. Melihat
tuntutan zaman akan hiburan seni lokal, sanggar Asam rimbun pada tahun 2004 mendirikan
seni musik Japin dan Campur Sari.
Pada 2004 dan 2005,
berturut-turut kemudian wayang orang dan wayang kulit dalang cilik, yang dibina
oleh Saputera. Adapaun dalang cilik sendiri merupakan putra kandung Saputera
yang masih berumur 13 tahun.
Produk Kesenian Daerah
Sanggar Asam Rimbun.
Sampai sekarang,
sedikitnya ada lima cabang kesenian yang dibina dalam sanggar Asam Rimbun,
yaitu:
1.
Wayang Kulit
2.
Wayang Orang
3.
Kuda Gepang
4.
Bakuntau
Bakuntau adalah merupakan salah satu
jenis kesenian bela diri yang berasal dari daerah Kalimantan Selatan.
5.
Musik Panting dan
Campur Sari
Musik panting merupakan musik ensambel
yang asli berasal dari daerah Kalimantan Selatan. Musik panting ini sendiri
terdiri dari beberapa instrumen, diantaranya panting itu sendiri (instrumen
petik), agung (gong), babun (gendang jawa), sarun (saron)
serta vokal (lirik).
Potensi
Sumber Daya Manusia Sanggar Asam Rimbun.
Rekam
jejak yang panjang tentu saja Sanggar Asam Rimbun memiliki banyak sumber daya
manusia pelaku kesenian daerah, di antaranya adalah:
1.
3 Orang dalang
wayang kulit, salah satunya masih berusia 13 tahun.
2.
3 Generasi penabuh
gamelan. Sampai sekarang sedikitnya ada 45 orang penabuh gamelan
3.
20 orang penari
4.
6 orang biduan
5.
20 orang pemain
wayang orang.
Rekam
Jejak Sanggar Asam Rimbun
Sanggar Asam Rimbun sejak
awal berdiri sampai sekarang sudah melakukan banyak pementasan di berbagai
daerah. Baik dalam acara pribadi maupun acara resmi yang berskala nasional,
seperti . Sanggar Asam Rimbun pernah bermain di berbagai daerah di antaranya
adalah:
1.
Jakarta
2.
Yogyakarta
3.
Balikpapan
4.
Dan hampir seluruh
daerah di Kalimantan
Termasuk di antaranya
pementasan pada acara Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi). Sanggar Asam
Rimbun juga pernah melakukan pementasan di Taman Budaya Yogyakarta.
D. Peran Sanggar
·
Identitas Lokal
Tidak dapat dihindari, bahwa adanya
sanggar Asam Rimbun adalah sebagai identitas daerah karena peran serta dalam
menjaga kesenian dan budaya daerah Kalimantan Selatan.
·
Eksistensi, ekpresi
dan ekplorasi diri
Manusia sebagai makhluk yang
memerlukan kepuasan batiniah sangatlah bergantung pada media seni. Maka sanggar
ini merupakan tempat pencurahan perasaan diri bagi pelaku seni.
·
Aset seni budaya
dan pariwisata daerah
·
Aspek Komersil
Bagi para pelaku seni ini, pementasan
merupakan salah satu mata pencaharian mereka untuk penghidupan keluarga.
E. Struktur Pengurus
Sanggar
Struktur Kepengurusan Sanggar Asam Rimbun :
Pembina/Penasihat
: 1. Pembakal Pantai Hambawang Timur
2. Dimansyah
Ketua : Saputra
Wakil
Ketua : Jumrani
Sekretaris : Sarmiah
Bendahara : Saidillah
Kordinator :
·
wayang
kulit : Yuliah Rahman
Dan
wayang urang
·
Kuda
Gipang : Syahriwan
Dan
Bakuntau
·
Musik
Panting : Muhammad
Dan
Japin
·
Pengembangan : Burhan
Sumber
daya
·
Hubungan : Syafwani
Masyrakat
Anggota :
|
·
Danansyah
·
Heriyadi
·
Ipin
·
Dayat
·
Jaka
·
Febri
·
Fendi
·
Sandi
·
Wisnu
·
Ijal
|
·
Novi
·
Erni
·
Abdul
·
Salamah
·
Devi
·
Rahma
·
Dewi
·
Ivan
·
Muhammad
·
Basuni
|
BAB
III
ANALISA
ANALISA
Kemajuan
sebuah organisasi seni, khususnya sanggar dapat dilihat dari lama
esksistensinya dan pengembangan aset yang dimiliki. Namun banyak sanggar
kesenian daerah walaupun telah lama bertahan akan keberadaanya, tidak sejalan
lurus dengan pengembangan aset serta kesejahteraan para anggotanya/pelaku seni
di dalamnya.
A.
Internal
Kelemahan
dari beberapa sanggar seni adalah tidak adanya menejerial yang baik, terkesan
sangat disepelelkan, hanya mengutamakan bagaimana cara berkesenian yang indah
untuk ditonton. Terkadang yang memanajemennya pun dari pemilik yang pada intinya
dia juga sebagai pelaku seni itu sendiri.
Sesungguhnya
urgensi sebuah menejerial adalah demi perkembangan sebuah organisasi seni. Hal
inilah yang terdapat pada sanggar Asam Rimbung. Baik dalam hal pengaturan
jadwal latihan untuk berproduksi yang tidak terjadwal dengan baik, promosi
sanggar yang masih tidak mencapai target yang diinginkan, maupun pengaturan keungan
sanggar yang kurang baik beserta evaluasi ketika setelah pementasan yang belum
pernah dilaksanakan.
B.
Eksternal
Untuk
membina hubungan dengan para konsumen, Sanggar Asam Rimbun sudah cukup
mendapatkan aprisator yang banyak, bahkan sampai ke luar daerah. Tidak cukup
hubungan dengan para konsumen masyrarakat umum, namun hubungan sanggar Asam
Rimbun dengan organisasi seni tradisional lainnya juga sangatlah erat termasuk
dengan instansi pemerintah daerah. Terbukti sanggar Asam Rimbun sering
dipanggil untuk mengisi acara dalam acara kedaerahan yang diselenggarakan oleh
pemerintah setempat. Segmen pasar yang ditujupun sudah sangat jelas, yaitu para
pencinta kesenian daerah diantaranya masyarakat pedesaan dan instansi
pemerintah.
Teori
yang dipraktekan oleh sanggar Asam Rimbun adalah pemasaran tatapmuka, dimana
seniman juga berperan sebagai yang mempromosikan jasa kepada para konsumen
secara langsung. Namun banyak organsiasi seni tradisional seperti ini menjalankannya sangat informal, tidak terstruktur, mekanisme reaktif
sementara yang lain berkembang, dari waktu ke waktu, pendekatan proaktif dan
terampil di mana inovasi dan identifikasi peluang memberikan perusahaan
keunggulan kompetitif.
C.
Strategi
Pemasaran Yang Dapat Diterapkan
Kekuatan
sebuah organasisasi seni tradisional terdapat pada manajemennya. Baik dari segi
pengelolaan keanggotaannya (peningakatan sumber daya manusia) maupun dalam segi
pemsaran dan promosi (peningkatan jam terbang/pentas).
Hal-hal yang dapat diterapkan dalam sanggar
Asam Rimbun :
1.
Produksi.
Produksi
yang saya maksud adalah tidak hanya berkaitan pada produk karya saja, namun
juga produksi berkaitan dalam hal pendokumentasian sebuah kegiatan kesenian
seperti foto, video, profil, demo CD maupun kliping oleh media pres cetak.
a.
Profil
Sanggar Asam Rimbun
Hal yang paling awal dalam memproduksi
adalah membuat profil sanggar Asam Rimbun. Profil mengandung what, whene,
where, why, who, dan how (5W 1H).
Pada
umumnya profil berisi tentang kesenian yang ditawarkan, berdirinya sebuah
sanggar. Ada baiknya prestasi yang diraih juga ikut dicantumkan sebagai daya
tawar kepada para konsumen.
Membuat
sebuah profil beraneka ragam, dapat melalui tulisan dan gambar, maupun yang
berbentuk video.
b.
Kliping
Pers
Banyak seniman tradisional di Indonesia
menjadikan dirinya secara kelas lebih terangkat berkat media massa. Radio,
televisi dan majalah atau koran merupakan media massa yang dapat digunakan
sebagai sarana mengangkat nama sanggar Asam Rimbun. Maka dari itu, usahakan
untuk selalu mendokumentasikan segala kegiatan kesenian yang dilaksanakan.
Dengan adanya media massa, tentu hal ini
merupakan promosi agar sanggar Asam Rimbun menjadi lebih meyakinkan.
2.
Promosi
Sebuah
sanggar akan menjadi lebih baik apabila dapat diketahui oleh masyarakat umum,
dan belum dikatan sebuah karya seni secara utuh apabila belum dipublis. Banyak
media yang dapat digunaka sebagai sarana promosi sanggar seni tradisional Asam
Rimbun, seperti internet.
Sangatlah
beruntung kita dapat hidup di zaman sekarang karena seiring pesatnya kemajuan
dunia internet, maka semakin mudah pula kita untuk mempromosikan sebuah
sanggar. Misalnya dengan menggunakan website youtube untuk
mempublikasikan karya seni, facebook dan twitter untuk
mengumpulkan penggemar.
Selain
menggunakan dunia internet, sanggar ini juga bisa menggunakan media yang cukup
sederhana seperti membuat browsur, pamplet iklan yang dapat disebarkan dan
dipajang di pinggir-pinggir jalan maupun tempat umum lainnya. Sehingga minimal
masyarakat tahu keberadaan sebuah sanggar seni Asam Rimbun.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Sanggar seni
tradisional Asam Rimbun adalah sanggar yang eksis dalam kesenian dan budaya
daerah Kalimantan Selatan, khususnya bagi suku Banjar.
2.
Sanggar ini sudah
sejak lama beridiri sekita tahun 1970an yang pendirinya adalah Dimansyah. Mempunyai
banyak kegiatan kesenian, diantaranya adalah musik Panting, bakuntau, wayang
kulit dan orang, kuda gepang.
3.
Lemahnya manajemen
sanggar yang membuat keeksistensiannya tidak terlalu dikenal di tingkat
nasional dan kesejahteraan para anggotanya kurang baik secara finansial.
4.
Keberadaan sanggar
Asam Rimbun tidak hanya sebagai tempat mengeksplorasi dan ekspresi diri saja,
namun juga sebagai mata pencaharian untuk keluarga setiap anggotanya dan banyak
lagi perannya.
B. Saran
1.
Agar sanggar lebih
dikenal oleh masyarakat, dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh anggotan dan
meningkatkan inventaris sanggar, maka perlu kiranya sanggar menerapkan strategi
produksi dan promosi seperti yang sudah dipaparkan.
2.
Sebelum melakukan
produksi dan promosi, alangkah baiknya jika sanggar menunjuk salah seorang yang
bukan pelaku seni/anggota untuk mengurus seluruh keperluan sanggar terutama
jadwal pentas (manajer).
3.
Untuk selalu
melakukan evaluasi setiap setelah selesai pementasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar