Minggu, 29 Maret 2015

ANALOGI UANG TERHADAP PERTUNJUKAN MUSIK

Kebanyakan orang menganggap bahwa musik merupakan seni yang cukup menikmatinya dengan cara didengarkan saja, tidak dengan cara lainnya. Berbeda halnya dengan memasuki industri musik, hematnya adalah rekaman. Rekaman hanyalah bagian dari pendokumentasian sebuah hasil karya musik yang hanya dapat dinikmati dengan mendengarkannya saja, bertujuan untuk memperkenalkannya kepada publik dengan cara yang efesien tanpa harus berhadapan langsng dengan penikmat. Namun bukanlah itu yang dimaksud dari karya seni musik yang sesungguhnya. Bahkan di era industri musik sekarang, menurut keterangan salah satu teman penulis yang pernah mendemokan album lagu ke salah satu label (mayor) musik di Jakarta bahwa ironinya rekaman dapat dimanipulasi. Misalnya ada sebuah grup band akan merekam sebuah hasil karnyanya. Namun pengisi musik di dalam rekaman tersebut dapat diisi oleh orang yang bukan dari personil band itu sendiri, karena dianggap (sebagian) personil  tersebut masih belum mempunyai kemampuan bermusik mumpuni oleh produser rekaman. Pada hakikatnya di kalangan akademis khususnya seni musik adalah bagian dari seni pertunjukan (performance of art), yang mempunyai bentuk audio dan visiual. Artinya adalah musik harus dinikmati dengan cara melihat dan didengarkan. Maka aksi panggung, mimik muka, emosi, penampilan, penghayatan serta keterampilan berbicara kepada audiens juga sangat diperlukan, agar mempunyai “nilai jual” yang layak.
Dalam filsafat seni, karya seni harus mengandung banyak nilai (esensi), karena dengan nilai karya seni akan dianggap berkualitas. Misalnya nilai keindahan/estetika, sosial, kritik, hayati dan lainnya. Maka salah satu cara agar nilai karya seni musik dapat tersampaikan kepada penonton adalah dengan memaksimalkan penampilan (visual), diantaranya penghayatan, berpakaian, bahasa tubuh, mimik, intonasi, bahkan menyampaikan sinopsis karya tersebut sebelum maupun sesudah penampilan. Penghayatan dalam memebawakan sebuah musik dapat kita dapati pada mimik muka, emosi, bahasa tubuh. Begitu juga berpakaian/style dalam pertunjukan musik sangatlah berpengaruh, tidak mungkin pelaku seni menampilkan musik etnik Bali berpakaian Melayu Banjar.
Tidak semua penonton mengerti esensi atas sebuah karya seni musik dengan cara menontonnya saja, maka disinilah tugas seorang seniman untuk pandai berkomunikasi(berbicara) menyampaikan sinopsis dengan baik. Sehingga nilai yang terkandung dalam karyanya tersebut dapat diterima dengan baik oleh penonton. Hal ini banyak dilakukan oleh para seniman di daerah yang tergolong maju akan keseniannya, salah satunya Ehma Ainun Najib (caknun) beserta grup Kiai Kanjeng dan Teater Dinasti dalam acara Musikalisasi Puisi yang diselenggarakan di Taman Budaya Yogyakarta 2013.
Analogi sederhananya adalah seperti uang kertas pecahan 10.000. Uang merupakan benda yang berharga bagi kita, karena dengan uang kita dapat memenuhi segala kepuasan yang kita inginkan. Uang merupakan benda yang mempunyai dua sisi yang berbeda, namun saling memerlukan. Apabila salah satu bagian saja tidak ada, misalnya bagian gambar Sultan Mahmud Badaruddin, yang ada hanya gambar Rumah Limas, maka benda ini tidak disebut sebagai uang dan tidak mempunyai nilai apapun. Atau apabila sisi dari uang 10.000 misalnya gambar Rumah Limas kita corat-coret hingga terlihat sangat kotor, maka dapat dipastikan tidak ada seorangpun yang ingin untuk menggunakan ataupun menukarkannya, karena juga dianggap tidak mempunyai nilai apapun.
Sama halnya dengan musik, kemampuan bermusik saja tidak cukup apabila tidak diimbangi dengan kemampuan lainnya, misalnya kemampuan verbal. Kemampuan berbicara kepada penonton adalah salah satu cara agar penonton merasa dihargai atas kehadirannya. Prof. Djohan menegaskan dalam kuliahnya di kelas Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta, bahwa kemampuan bermusik sesungguhnya mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan kemampuan verbal, hal ini sudah banyak terbukti dari berbagai penelitian.

Dapat disimpulkan bahwa seni musik seperti uang pecahan 10.000, gambar Sultan Mahmud Badaruddin sebagai kemampuan memainkan instrumen musik dan gambar Rumah Limas adalah sebagai kemampuan aksi panggung (komunikatif/kemampuan verbal, penghayatan, mimik dsb). Dua sisi ini saling memerlukan agar mempunyai nilai tukar bagi uang dan “nilai jual” bagi seni musik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar